Pavel Nedvěd lahir 30 Agustus 1972 adalah seorang mantan pemain sepak bola berkebangsaan Republik Ceko, yang bermain sebagai gelandang. Ia adalah salah satu pemain Ceko paling sukses, memenangi berbagai piala bersama Lazio dan Juventus, termasuk edisi terakhir Piala Winners. Nedvěd adalah pemain kunci tim nasional sepak bola Republik Ceko yang mencapai partai final Euro 1996, di mana ia menarik perhatian internasional dan akhirnya menyandang ban kapten. Tersohor karena ketangguhan dan kemampuan mengolah bola yang baik, disertai tembakan yang bertenaga dan kemampuan mencetak gol, Nedvěd dijuluki Furia Ceca oleh suporter Italia dan meriam Ceko oleh pers berbahasa Inggris.
Nedvěd dilahirkan dari pasangan Václav dan Anna. Ia mempunyai seorang istri, Ivana, yang dinikahinya pada tahun 1992. Pasangan ini mempunyai dua orang anak, dinamai seperti orang tua mereka: Ivana dan Pavel.
Memenangi penghargaan Ballon d'Or pada 2003, Nedvěd menjadi pemain Ceko kedua yang menerima penghargaan ini, dan yang pertama sejak pembubaran Cekoslowakia. Ia juga merupakan penerima penghargaan Golden Foot yang kedua pada 2004. Sepanjang kariernya Nedvěd telah memenangi berbagai penghargaan, seperti Pemain Ceko Terbaik Tahun Ini empat kali dan menerima Bola Emas enam kali. Nedvěd pensiun setelah berakhirnya musim 2008–09, setelah 19 tahun sebagai pemain profesional. Ia bermain 501 kali di level klub dan mencetak 110 gol. Di level internasional, ia 91 kali membela negaranya dan mencetak 18 gol.
Karier bermain
Lahir di sebuah kota kecil bernama Cheb dan dibesarkan di kota tetangga Skalná, Nedvěd memulai kariernya di negara asalnya. Sebagai seorang penggemar sepak bola sejak kecil, Nedvěd mulai bermain untuk tim di dekat rumahnya, Tatran Skalna, pada tahun 1977, pada usia lima tahun.Ia kemudian pindah ke Rudá Hvězda Cheb pada tahun 1985, tetapi hanya satu musim bermain di sana sebelum pindah ke Skoda Plzeň, klubnya untuk lima tahun ke depan. Nedvěd mulai bermain untuk Dukla Praha pada 1991, tetapi hanya bermain selama satu musim sebelum bergabung dengan rival sekota Dukla, Sparta Praha, pada 1992. Bersama Sparta, Nedvěd memenangi satu Liga Pertama Cekoslowakia, dua Liga Gambrinus dan satu Piala Ceko. Penampilannya di Euro 1996, termasuk satu gol di laga fase gurp melawan Italia, mulai melambungkan namanya. Meskipun diketahui telah mencapai persetujuan lisan dengan PSV Eindhoven, Nedvěd akhirnya angkat kaki dari Sparta menuju klub Serie A Italia, Lazio pada 1996.
Lazio
Nedvěd mencetak gol pertamanya di liga ke gawang Cagliari pada 20 Oktober 1996 dan mengakhiri musim 1996–97 dengan tujuh gol.Nedvěd dengan cepat menjadi bagian penting dari skuat Lazio dan mencetak empat gol di tiga laga awal klub pada musim 1997–98. Lazio mencetak rekor 24 pertandingan tak terkalahkan dari November 1997 hingga April 1998, berakhir di tangan Juventus, di mana Nedvěd diusir keluar oleh wasit. Musim itu, Lazio menjuarai Coppa Italia 1997–98, dan juga mencapai partai final Piala UEFA 1997–98. Nedvěd dan Lazio memulai musim 1998–99 dengan memenangi Supercoppa Italiana; Nedvěd menjebol gawang Juventus dan Lazio menang 2-1. Ia juga berperan penting dalam perjalanan Lazio memenangi Piala Winners UEFA yang terakhir, mencetak gol ke gawang Lausanne di putaran pertama dan di dua pertandingan perempatfinal melawan Panionios, di mana mereka menang agregat 7-0. Di final, ia mencetak gol pengunci kemenangan 2-1 atas Mallorca Gol tersebut merupakan gol terakhir di Piala Winners, karena turnamen ini dihapuskan pada musim berikutnya.
Nedvěd bermain di Piala Super UEFA 1999 melawan Manchester United. Lazio memenangi pertandingan tersebut dengan skor 1-0 Pada musim itu, Lazio memenangi dwigelar domestik - memenangi Serie A dan Coppa Italia pada 2000, di mana Nedvěd berperan penting. Nedvěd memenangi Supercoppa untuk kali kedua pada tahun 2000. Bersama Siniša Mihajlović, Nedvěd diusir di partai perempatfinal Coppa Italia pada Desember 2000, dan pertandingan tersebut berakhir buruk untuk sang jawara bertahan: mereka takluk 5-3 dalam agregat pada Udinese. Nedvěd bermain di Liga Champions UEFA buat pertama kalinya, mencetak gol di partai yang berkesudahan 2-2 melawan Real Madrid di fase grup kedua, tetapi itu tidak cukup untuk meloloskan Lazio ke babak selanjutnya. Di pertandingan terakhir, Nedvěd dikritik oleh pelatih Leeds United, David O'Leary karena tekel keras terhadap Alan Maybury, meskipun wasit tak menganggapnya sebagai sebuah pelanggaran. Ia akhirnya dijatuhi hukuman larangan bertanding tiga kali di kompetisi Eropa oleh UEFA.
Meskipun Nedvěd menandatangani kontrak baru yang akan mengikatnya di Olimpico selama empat tahun ke depan pada April 2001, Lazio berusaha untuk menjualnya, bersama-sama dengan Juan Sebastián Verón. Usaha ini memicu protes kepada presiden klub Sergio Cragnotti dari kalangan suporter pada musim panas 2001. Nedvěd akhirnya dijual ke Juventus, sementara Verón berlabuh di Manchester United.
Juventus
Selama lima musim bersama Lazio, Nedvěd dihubung-hubungkan dengan berbagai klub seperti Manchester United dan Chelsea, namun akhirnya memilih untuk bergabung dengan Juventus pada tahun 2001 dengan biaya €41 juta. Ia dipandang sebagai pengganti Zinedine Zidane, legenda Perancis yang pindah ke Real Madrid pada musim panas yang sama. Nedvěd bermain secara rutin di skuat Juventus yang memenangi scudetto pada musim 2001–02 dan 2002–03. Nedvěd berperan krusial dalam kemenangan juara liga Juventus pada 2003, namun ia juga merupakan sosok yang kontroversial. Ia keluar dari Asosiasi Pesepak bola Italia sebagai bentuk protes pembatasan pemain non-Uni Eropa di Serie A, mengingat negara asalnya belum menjadi anggota UE sampai 2004.Nedvěd turut membawa Juventus ke final Liga Champions UEFA 2003 melawan Milan, tetapi ia tak dapat bermain di final karena terkena akumulasi kartu setelah menerima kartu kuning karena melakukan pelanggaran terhadap gelandang Real Madrid, Steve McManaman di semifinal.
Pada Desember 2003, Nedvěd terpilih sebagai "Pesepak bola Terbaik Dunia Tahun Ini" versi World Soccer. Pada bulan yang sama, ia memenangi Ballon d'Or, mengungguli para pesaing lain seperti Thierry Henry dan Paolo Maldini,
menjadi pemain Ceko kedua yang memenanginya setelah Josef Masopust pada 1962. Ia memenangi penghormatan lain di negara asalnya pada 2004 ketika terpilih sebagai pemenang Bola Emas yang dianugerahkan para jrunalis sepak bola di Republik Ceko untuk kali kelima dalam tujuh tahun.
Musim 2004–05 merupakan masa sulit untuknya, karena harus beristirahat selama dua bulan karena cedera lutut dan kepala.Situasi ini membuatnya mengancam akan pensiun dari sepak bola pada April 2005. Meskipun Juventus mengakhiri musim dengan menggondol gelar juara liga dan mengulanginya kembali musim berikutnya, gelar-gelar ini dicabut karena skandal calciopoli, di mana Juventus dihukum karena terbukti terlibat dalam skandal pengaturan skor. Skandal ini menyebabkan Juventus didegradasi ke Serie B meskipun merupakan pemuncak klasemen akhir, dan banyak pemain bintang seperti Fabio Cannavaro dan Lilian Thuram meninggalkan klub, dan masa depan mereka yang tersis tak jelas. Setelah Piala Dunia, Nedvěd membantah rumor kepergiannya dengan menegaskan kembali komitmennya untuk membantu Juventus kembali ke divisi teratas.Meskipun begitu, satu musim di Serie B tampaknya tak terlalu baik untuknya. Ia dilarang bermain selama lima pertandingan setelahh menerima kartu merah pada laga kontra Genoa pada Desember 2006, yang membuatnya kembali mengancam untuk pensiun. Namun, ia akhirnya tetap bersama Juventus sampai akhir musim, mencetak sebelas gol untuk membantu Si Nyonya Tua menjuarai Serie B 2006–07.
Pada musim 2007–08, Juventus kembali bermain di Serie A. Ia kembali rutin bermain untuk Bianconeri, menjadi pilihan utama untuk posisi sayap kiri dan mencetak dua gol sepanjang musim tersebut. Tetapi, ia tak pernah lepas dari kontroversi. Nedvěd dikecam pada November 2007 setelah tekelnya mematahkan fibula gelandang Inter Milan, Luis Figo. Pada April 2008, Nedvěd menghabiskan semalam di rumah sakit setelah terkena gegar otak karena berbenturan dengan Roberto Guana dalam laga kontra Palermo.
Nedvěd mencetak gol perdana Juventus di musim 2008–09 di laga yang berakhir seri 1-1 di Stadion Artemio Franchi, kandang Fiorentina. Ia juga mencetak dwigol ke gawang Bologna dalam kemenangan tandang 2-1 pada Oktober 2008. Pada 26 Februari 2009, Nedvěd mengumumkan bahwa ia akan pensiun di akhir musim. Ia menyatakan pengunduran dirinya bukanlah karena "alasan finansial", tetapi untuk lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarganya.Pada 10 Maret 2009, Nedvěd dicadangkan karena cedera setelah bermain selama 12 menit dalam laga putaran kedua 16 besar Liga Champions melawan Chelsea. Juventus akhirnya kalah agregat 3-2. Ia pensiun di akhir musim, mendapat kehormatan untuk mengenakan ban kapten di laga terakhirnya melawan mantan timnya Lazio dan membantu proses terciptanya gol Vincenzo Iaquinta, yang berkesudahan 2-0 untuk kemenangan Juventus.
Setelah pensiun
Nedvěd ambil bagian dalam Prague Half Marathon pada 2010, mengakhirinya dengan catatan waktu 1:49:44. Ini adalah lomba pertamanya dalam jarak itu. Ia juga ikut dalam Prague Marathon pada 2012, mencatatkan waktu 3:50:02 untuk jarak 42 kilometer. Exor, perusahaan investasi milik keluarga Agnelli, mengusulkan Nedvěd untuk duduk di dewan direksi Juventus pada 12 Oktober 2010. Ia resmi menjadi salah satu direktur klub pada 27 Oktober 2012. Pada Januari 2013, ia dijatuhi hukuman larangan menghadiri laga Serie A selama tiga pekan setelah terbukti menghina wasit Paolo Valeri di laga Juventus kontra Sampdoria.
Gaya bermain
Nedvěd dijuluki Furia Ceca oleh suporter di Italia, dikenal karena kemampuan, konsistensi dan semangatnya. Di koran-koran berbahasa Inggris, Nedvěd dijuluki sang meriam Ceko. Meskipun bermain di sayap kiri, Nedvěd dapat menggunakan kedua kakinya dengan sama baiknya. Ia dikenal sebagai spesialis tendangan jarak jauh.Mantan pelatih Lazio Sven-Göran Eriksson mendeksripsikan Nedvěd sebagai "gelandang yang tak biasa, benar-benar sempurna".